/* ----- NAVBAR MENU ----- */ #NavbarMenu { width: 875px; height: 35px; background:#FF6600 url(http://i802.photobucket.com/albums/yy308/penerjemah/navbar-hitam.png) repeat-x top; color: #ffffff margin: 0 auto 0; padding: 0; font: bold 11px Arial, Tahoma, Verdana; border-top: 1px solid #ffffff; border-bottom: 1px solid #ffffff; } #NavbarMenuleft { width: 680px; float: left; margin: 0; padding: 0; } #nav { margin: 0; padding: 0; } #nav ul { float: left; list-style: none; margin: 0; padding: 0; } #nav li { list-style: none; margin: 0; padding: 0; } #nav li a, #nav li a:link, #nav li a:visited { color: #ffffff; display: block; text-transform: capitalize; margin: 0; padding: 9px 15px 8px; font: normal 15px Georgia, Times New Roman; } #nav li a:hover, #nav li a:active { background:#FF6600; color: #ffffff; margin: 0; padding: 9px 15px 8px; text-decoration: none; } #nav li li a, #nav li li a:link, #nav li li a:visited { background: #ffffff url(http://i802.photobucket.com/albums/yy308/penerjemah/navbar-hitam.png) repeat-x top; width: 150px; color: #ffffff; text-transform: lowercase; float: none; margin: 0; padding: 7px 10px; border-bottom: 1px solid #ffffff; border-left: 1px solid #ffffff; border-right: 1px solid #ffffff; font: normal 14px Georgia, Times New Roman; } #nav li li a:hover, #nav li li a:active { background: #FF6600; color: #ffffff; padding: 7px 10px; } #nav li { float: left; padding: 0; } #nav li ul { z-index: 9999; position: absolute; left: -999em; height: auto; width: 170px; margin: 0; padding: 0; } #nav li ul a { width: 140px; } #nav li ul ul { margin: -32px 0 0 171px; } #nav li:hover ul ul, #nav li:hover ul ul ul, #nav li.sfhover ul ul, #nav li.sfhover ul ul ul { left: -999em; } #nav li:hover ul, #nav li li:hover ul, #nav li li li:hover ul, #nav li.sfhover ul, #nav li li.sfhover ul, #nav li li li.sfhover ul { left: auto; } #nav li:hover, #nav li.sfhover { position: static;

Informasi

Mohon meninggalkan pesan kalau mampir

Resensi Buku

 
Judul : Mengukur Kesejahteraan - Mengapa Produk Domestik Bruto Bukan Tolok Ukur yang Tepat untuk Menilai Kemajuan?
Penulis : Joseph E. Stiglitz, Amartya Sen, Jean-Paul Fitoussi
Penerbit : Marjin Kiri (April, 2011)
Tebal : xxviii + 183 halaman

Di tengah krisis ekonomi global 2008, Presiden Perancis Nicolas Sarkozy berinisiatif menunjuk tiga ekonom kenamaan Joseph Stiglitz, Amartya Sen, serta Jean-Paul Fitoussi untuk membentuk sebuah komisi pakar yang bertugas meneliti apakah pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) –yang selama ini dijadikan indikator kemajuan ekonomi suatu negara—benar-benar sahih untuk melihat kemajuan dan kesejahteraan masyarakat negara tersebut?

Melibatkan belasan ekonom dan ilmuwan sosial progresif lain dari pelbagai negara, Komisi Pengukuran Kinerja Ekonomi dan Kemajuan Sosial (Commission sur la Mesure de la Performance Économique et du Progrès Social) menelurkan laporan kerjanya yang monumental.

Memakai PDB sebagai tolok ukur telah memberi gambaran yang melenceng tentang masyarakat, dan karenanya memberi masukan yang melenceng pula dalam mengambil kebijakan sosial-ekonomi. Laporan ini memberi kritik tajam pada cara pandang konvensional dan menyuguhkan alternatif-alternatif yang penting untuk memperbaiki proses pembangunan. Wajib dibaca oleh para pengambil kebijakan, akademisi, mahasiswa, dan masyarakat umum.

“Kajian yang provokatif ... mengenai tidak memadainya pertumbuhan PDB dipakai sebagai indikasi kesehatan ekonomi secara umum.” — The New York Times

“PDB didasarkan pada sebuah paradigma yang meyakini bahwa lebih banyak itu lebih baik. PDB naik seiring dengan naiknya pembelanjaan untuk kriminalitas, misalnya, dan tidak memperhitungkan aktivitas-aktivitas yang menguras sumber daya alam dan kualitas hidup [...] Proyek ini menantang gambaran kesejahteraan yang tak masuk akal tersebut.” — Brisbane Times.

Sumber :  http://www.beritajatim.com/detailnews.php/2/Gaya_Hidup/2012-10-11/148776/Mengukur_Kesejahteraan

Resensi Buku

Judul Buku: Masa Depan Sempurna Tantangan dan Janji GlobalisasiPenulis: John Micklethwait, Adrian Wooldridge
Penerbit: Freedom Institute dan Yayasan Obor Indonesia (Agustus 2006)  Tebal: 525 halaman

Pembangunan ekonomi sesungguhnya adalah proses menuju kebebasan. Ini adalah proses yang ditandai, antara lain, oleh globalisasi. Globalisasi membantu proses interaksi agen-agen ekonomi global menjadi lebih efisien. Dan karena itu, lebih cepat pula mereka mencapai kebebasan: kemampuan berinteraksi secara sukarela dengan keuntungan di kedua belah pihak. Bagi penulis buku ini, globalisasi adalah suatu kekuatan yang bukan hanya mampu memperbaiki nasib orang miskin tapi juga memajukan kebebasan.

Globalisasi bergerak dengan kecepatan berbeda di berbagai wilayah dan masyarakat di planet ini. Maka, Homogenisasi tak terjadi. Dan kita bisa dengan mudah melihat bukti di sekeliling kita.
Bagaimana mungkin dunia bisa rata, seperti dikatakan Thomas Friedman? Kita renungkan lagi bahwa perdagangan selalu meningkatkan kesejahteraan total, selama transaksi tanpa paksaan (bagi penulis buku ini, “perdagangan tidak adil” adalah oksimoron). Berdagang adalah bertukar dan untuk bertukar, maka perlu ada perbedaan.

Globalisasi bukanlah tujuan. Ia adalah proses. Ia bukan akhir dari merajanya produk-produk Cina di toko-toko New York City atau London, ia adalah proses Cina membangun ekonominya. Dan itu ditandai oleh semakin mendekatnya Negara tersebut dengan Amerika Serikat dalam lintasan pacu. Jika globalisasi adalah tujuan, maka dunia akan rata. Tapi, mana mungkin? Buku ini menekankan bahwa globalisasi adalah proses yang terus-menerus. Namun, masa depan yang “sempurna” adalah sesuatu yang final. Ketika proses mencari ekuilibrium telah selesai. Ketika dunia telah “rata”. Tapi, mungkinkah itu? Selagi kita masih saling membutuhkan, dan saling berbeda, jawabnya adalah: semoga tidak. [Arianto A. Patunru]

John Micklethwait adalah editor The Economist, menyunting rubric bisnis majalah itu. Ia adalah pemenang The Wincott Award, penghargaan terkemuka di Inggris untuk jurnalisme finansial. Micklethwait sering muncul dalam wawancara dengan CNN, ABC maupun BBC. Ia juga menulis The New York Times, The Los Angeles Times, The Wall Street Journal, The Guardian, The Spectator dan the New Statesman.

Adrian Woolridge adalah koresponden The Economist di Washington sejak November 1999. Ia terutama banyak menulis laporan terkait dengan politik dan kebijakan sosial. Ia bergabung di The Economist sejak 1988. Sekarang ia tinggal di Washington, DC. Ia juga menulis buku Measuring the Mind: Education and Psychology in England 1860-1990 (Cambridge University Press, 1994).

Bersama Mickelthwait, ia menulis buku The Witch Doctors, yang memenangi Financial Times/Booz Allen Global Business Book Award pada 1997 dan A Future Perfect: The Challenge and Hidden Promise of Globalisation. Buku terakhir mereka adalah The Company: a short History of a Revolutionary Idea, yang disebut sebagai salah satu buku terbaik pada 2003 oleh Business Week.

Sumber :  http://www.beritajatim.com/detailnews.php/2/Gaya_Hidup/2012-11-26/153657/Masa_Depan_Sempurna

Bantuan Dana Bagi Guru KB/TPA/SPS Tahun 2012

kuota-penerima-dana-bantuan-guru-paud1Tahun 2012 ini pemerintah memberikan bantuan kepada 60.000 orang guru PAUD jalur nonformal. Besar bantuan adalah sebesar Rp. 2 juta per orang per tahun. Guru PAUD yang dapat menerima adalah guru PAUD pada kelompok bermain (KB), tempat penitipan anak (TPA) dan satuan PAUD sejenis (SPS). Jumlah yang diberikan pada tahun 2012 ini meningkat dibandingkan bantuan yang disalurkan pada tahun 2011 yaitu sebesar 44.879 orang. Dari segi jumlah dana yang diterima pada tahun 2012 juga meningkat (Rp. 2 juta), dibandingkan tahun 2011 yang sebesar Rp. 1,2 juta orang per tahun.
Bantuan kepada guru PAUD jalur pendidikan nonformal ini bersifat insidental dan tidak mengikat sesuai dengan kemampuan anggaran pemerintah sebagai upaya peningkatan motivasi dan dedikasinya dalam pelaksanaan tugas. Artinya penerima pada tahun ini tidak mendapatkan jaminan untuk mendapatkan pada tahun berikutnya. Bantuan disalurkan melalui rekening bank yang bersangkutan oleh Dinas Pendidikan Provinsi
Biasanya guru PAUD nonformal berstatus guru yayasan atau sejenisnya yang penghargaan atas pengabdiannya sebagian besar masih belum optimal. Sehingga adanya pemberian bantuan ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan mereka. Adapun tujuan pemberian bantuan bagi guru PAUD KB/TPA/SPS ini adalah untuk (1) Meningkatkan mutu, (2) memberikan penghargaan, (3) meningkatkan motivasi dan dedikasi, (4) meningkatkan kinerja, dan (5) meningkatkan layanan pendidikan.dalam satu kali pencairan.
Adapun kriteria calon penerima bantuan adalah sebagai berikut:
  1. Penerima dana bantuan Guru KB/TPA/SPS harus memiliki NUPTK. Bagi Guru KB/TPA/SPS yang belum memiliki NUPTK wajib mengisi formulir NUPTK dan dilampirkan surat keterangan dari Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota bahwa yang bersangkutan dalam proses pengajuan diri untuk memperoleh NUPTK.
  2. Telah melaksanakan tugas sebagai Guru pada Kelompok Bermain/Taman Penitipan Anak/Satuan PAUD Sejenis (Taman Pendidikan Al-Quran plus PAUD, Sekolah Minggu plus PAUD, Pos PAUD) minimal satu tahun secara terus menerus (diutamakan Guru KB/TPA/SPS yang lebih lama melaksanakan tugas/mengabdi di Lembaga PAUD) yang dibuktikan dengan surat keterangan dari lembaga PAUD yang bersangkutan.
  3. Melampirkan foto kopi KTP/surat keterangan domisili yang masih berlaku.
  4. Melampirkan foto kopi rekening bank yang masih aktif atas nama pribadi dengan identitas sesuai KTP.
  5. Melampirkan surat keterangan jumlah peserta didik dari pimpinan lembaga. Pemberian dana Bantuan di utamakan bagi Pendidik yang memiliki jumlah peserta didik minimal10 orang.
  6. Melampirkan foto kopi ijazah pendidikan terakhir (minimal SLTA).
  7. Melampirkan surat keterangan bahwa yang bersangkutan tidak berstatus sebagai PNS (bukan PNS).
Kuota nasional sebanyak 60.000 orang didistribusikan ke provinsi berdasarkan proporsi jumlah guru PAUD. Penetapan kuota provinsi ditetapkan oleh Direktorat PPTK PAUDNI sebagaimana tercantum dalam tabel di atas. Kuota kabupaten/kota ditetapkan secara proporsional berdasarkan jumlah guru KB/TPA/SPS di tiap kabupaten/kota oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi dan diajukan kepada Direktorat PPTK PAUDNI.
Data yang digunakan untuk menentukan calon penerima bantuan adalah berbasis data NUPTK. Verifikasi data penerima bantuan tahun 2012 dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Provinsi berkoordinasi dengan P2PNFI/BP-PNFI/BPKB/UPTD sejenis, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, SKB Kabupaten/Kota dan HIMPAUDI Provinsi/Kabupaten/Kota.

Sumber: Petunjuk Teknis Pemberian Dana Bantuan Bagi Guru KB/TPA/SPS Dit. PPTK PAUDNI.

Asma Al-Husna

 

No. Nama Arab Indonesia

Allah الله Allah
1 Ar Rahman الرحمن Yang Maha Pemurah
2 Ar Rahiim الرحيم Yang Maha Penyayang
3 Al Malik الملك Yang Maha Merajai/Memerintah
4 Al Quddus القدوس Yang Maha Suci
5 As Salaam السلام Yang Maha Memberi Kesejahteraan
6 Al Mu`min المؤمن Yang Maha Memberi Keamanan
7 Al Muhaimin المهيمن Yang Maha Pemelihara
8 Al `Aziiz العزيز Yang Maha Perkasa
9 Al Jabbar الجبار Yang Memiliki Mutlak Kegagahan
10 Al Mutakabbir المتكبر Yang Maha Megah, Yang Memiliki Kebesaran
11 Al Khaliq الخالق Yang Maha Pencipta
12 Al Baari` البارئ Yang Maha Melepaskan (Membuat, Membentuk, Menyeimbangkan)
13 Al Mushawwir المصور Yang Maha Membentuk Rupa (makhluknya)
14 Al Ghaffaar الغفار Yang Maha Pengampun
15 Al Qahhaar القهار Yang Maha Memaksa
16 Al Wahhaab الوهاب Yang Maha Pemberi Karunia
17 Ar Razzaaq الرزاق Yang Maha Pemberi Rezeki
18 Al Fattaah الفتاح Yang Maha Pembuka Rahmat
19 Al `Aliim العليم Yang Maha Mengetahui (Memiliki Ilmu)
20 Al Qaabidh القابض Yang Maha Menyempitkan (makhluknya)
21 Al Baasith الباسط Yang Maha Melapangkan (makhluknya)
22 Al Khaafidh الخافض Yang Maha Merendahkan (makhluknya)
23 Ar Raafi` الرافع Yang Maha Meninggikan (makhluknya)
24 Al Mu`izz المعز Yang Maha Memuliakan (makhluknya)
25 Al Mudzil المذل Yang Maha Menghinakan (makhluknya)
26 Al Samii` السميع Yang Maha Mendengar
27 Al Bashiir البصير Yang Maha Melihat
28 Al Hakam الحكم Yang Maha Menetapkan
29 Al `Adl العدل Yang Maha Adil
30 Al Lathiif اللطيف Yang Maha Lembut
31 Al Khabiir الخبير Yang Maha Mengenal
32 Al Haliim الحليم Yang Maha Penyantun
33 Al `Azhiim العظيم Yang Maha Agung
34 Al Ghafuur الغفور Yang Maha Pengampun
35 As Syakuur الشكور Yang Maha Pembalas Budi (Menghargai)
36 Al `Aliy العلى Yang Maha Tinggi
37 Al Kabiir الكبير Yang Maha Besar
38 Al Hafizh الحفيظ Yang Maha Memelihara
39 Al Muqiit المقيت Yang Maha Pemberi Kecukupan
40 Al Hasiib الحسيب Yang Maha Membuat Perhitungan
41 Al Jaliil الجليل Yang Maha Mulia
42 Al Kariim الكريم Yang Maha Mulia
43 Ar Raqiib الرقيب Yang Maha Mengawasi
44 Al Mujiib المجيب Yang Maha Mengabulkan
45 Al Waasi` الواسع Yang Maha Luas
46 Al Hakiim الحكيم Yang Maha Maka Bijaksana
47 Al Waduud الودود Yang Maha Mengasihi
48 Al Majiid المجيد Yang Maha Mulia
49 Al Baa`its الباعث Yang Maha Membangkitkan
50 As Syahiid الشهيد Yang Maha Menyaksikan
51 Al Haqq الحق Yang Maha Benar
52 Al Wakiil الوكيل Yang Maha Memelihara
53 Al Qawiyyu القوى Yang Maha Kuat
54 Al Matiin المتين Yang Maha Kokoh
55 Al Waliyy الولى Yang Maha Melindungi
56 Al Hamiid الحميد Yang Maha Terpuji
57 Al Muhshii المحصى Yang Maha Mengalkulasi (Menghitung Segala Sesuatu)
58 Al Mubdi` المبدئ Yang Maha Memulai
59 Al Mu`iid المعيد Yang Maha Mengembalikan Kehidupan
60 Al Muhyii المحيى Yang Maha Menghidupkan
61 Al Mumiitu المميت Yang Maha Mematikan
62 Al Hayyu الحي Yang Maha Hidup
63 Al Qayyuum القيوم Yang Maha Mandiri
64 Al Waajid الواجد Yang Maha Penemu
65 Al Maajid الماجد Yang Maha Mulia
66 Al Wahiid الواحد Yang Maha Tunggal
67 Al Ahad الاحد Yang Maha Esa
68 As Shamad الصمد Yang Maha Dibutuhkan, Tempat Meminta
69 Al Qaadir القادر Yang Maha Menentukan, Maha Menyeimbangkan
70 Al Muqtadir المقتدر Yang Maha Berkuasa
71 Al Muqaddim المقدم Yang Maha Mendahulukan
72 Al Mu`akkhir المؤخر Yang Maha Mengakhirkan
73 Al Awwal الأول Yang Maha Awal
74 Al Aakhir الأخر Yang Maha Akhir
75 Az Zhaahir الظاهر Yang Maha Nyata
76 Al Baathin الباطن Yang Maha Ghaib
77 Al Waali الوالي Yang Maha Memerintah
78 Al Muta`aalii المتعالي Yang Maha Tinggi
79 Al Barru البر Yang Maha Penderma (Maha Pemberi Kebajikan)
80 At Tawwaab التواب Yang Maha Penerima Tobat
81 Al Muntaqim المنتقم Yang Maha Pemberi Balasan
82 Al Afuww العفو Yang Maha Pemaaf
83 Ar Ra`uuf الرؤوف Yang Maha Pengasuh
84 Malikul Mulk مالك الملك Yang Maha Penguasa Kerajaan (Semesta)
85 Dzul Jalaali Wal Ikraam ذو الجلال و الإكرام Yang Maha Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan
86 Al Muqsith المقسط Yang Maha Pemberi Keadilan
87 Al Jamii` الجامع Yang Maha Mengumpulkan
88 Al Ghaniyy الغنى Yang Maha Kaya
89 Al Mughnii المغنى Yang Maha Pemberi Kekayaan
90 Al Maani المانع Yang Maha Mencegah
91 Ad Dhaar الضار Yang Maha Penimpa Kemudharatan
92 An Nafii` النافع Yang Maha Memberi Manfaat
93 An Nuur النور Yang Maha Bercahaya (Menerangi, Memberi Cahaya)
94 Al Haadii الهادئ Yang Maha Pemberi Petunjuk
95 Al Badii' البديع Yang Maha Pencipta Yang Tiada Bandingannya
96 Al Baaqii الباقي Yang Maha Kekal
97 Al Waarits الوارث Yang Maha Pewaris
98 Ar Rasyiid الرشيد Yang Maha Pandai
99 As Shabuur الصبور Yang Maha Sabar

Tidak Akan Miskin Karena Bersedekah


         Tidak ada alasan bagi orang beriman untuk enggan bersedekah. Sebab, kendati terasakan berat, bersedekah merupakan ciri paling kentara dari keimanan yang sahih. Untuk bersedekah, seseorang harus mampu mengalahkan perasaan owel (rasa kepemilikan) karena mengikhlaskan sebagian rezekinya untuk pihak lain. Jika tidak karena adanya keyakinan yang mantap atau harapan keuntungan yang kekal di akhirat kelak, sungguh seseorang akan enggan bersedekah. Berbeda dengan amalan lain sebagai ciri keimanan yang sahih seperti shalat dan puasa. Pada kedua amalan yang lebih bersifat individual ini tidak perlu ada rasa berkorban kepemilikan, cukup dengan berkorban waktu selain kemauan. Untuk bersedekah ini sungguh terasakan lebih berat sehingga akan lebih jarang diamalkan dibandingkan dengan shalat dan puasa. Oleh karena itu, sekalipun seseorang sudah menjalankan shalat dan puasa tetap perlu dipertanyakan keimanan sahihnya jika yang bersangkutan masih tetap enggan bersedekah. 
         Dalam sejarah Islam kita kenal Fatimah Az-Zahra ra yang ikhlas bersedekah seuntai kalung warisan kepada musafir yang kehabisan bekal dan tiga hari tidak makan karena tidak ada lagi barang yang layak dijual. Dengan kalung tadi si musafir menjadi cukup bekal setelah menjualnya kepada Abdurrahman bin Auf ra. Tetapi, begitu mengetahui keikhlasan Fatimah dalam bersedekah, segera Abdurrahman menghadiahkan kalung tadi kepada Nabi saw, ayahanda Fatimah, pemilik awalnya. Bisa ditebak, akhirnya kalung itu pun kembali ke tangan Fatimah setelah melewati tiga orang sebagai hadiah dan tercatat sebagai amalan sedekah. Sungguh, bersedekah secara ikhlas akan mendapatkan ganti. Ini tidak saja ada dalam tarikh terdahulu. Dalam kehidupan nyata di lingkungan kita pun demikian halnya. Orang yang banyak bersedekah justru rezekinya melimpah, kehormatannya tinggi, dan harta kepemilikannya diakui bahkan dijaga keselamatannya oleh orang lain. Agaknya belum pernah tercatat orang yang banyak bersedekah berakibat miskin. Sungguh dengan bersedekah kekayaannya bertambah, berlipat. Ibarat orang mendapat mangga, maka yang dimakan cukup dagingnya sedangkan bijinya harus disisihkan, ditanam hingga kelak akan menjadi pohon yang berlipat-lipat buahnya. 
          Untuk bersedekah, tidak ada ketentuan jenis barangnya (QS 2:267), tidak juga ditentukan jumlahnya (QS 3:134), tidak pula sasaran penggunaannya (QS 2:215). Artinya, benar-benar terserah sesuai kondisi orangnya. Itu jika bersedekah harta. Bagaimana jika kita kekurangan harta benda? Hadis Nabi riwayat Bukhari-Muslim menyebutkan bahwa bisa juga bersedekah tanpa materi. Berzikir, berdakwah, mendamaikan perseteruan, berkata yang baik, membuang duri dari jalanan, membawakan beban orang lain, bahkan tersenyum pun bisa bermakna sedekah. Masihkah kita enggan bersedekah setelah kita mengaku beriman sahih? Wallahu a’lam bish shawab. 

Sumber : http://ayobersedekah.wordpress.com/2010/01/07/tidak-akan-miskin-karena-bersedekah-2/